Minggu, 26 Januari 2014

ASI vs Susu Formula



ilustrasi“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah, 2: 233)
Merujuk pada firman Allah di atas, menjadi kewajiban bagi setiap ibu untuk menyusui buah hatinya. WHO dan Depkes RI menyatakan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dan dilanjutkan hingga dua tahun adalah upaya memberikan jaminan kesehatan anak.
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional pada 2007-2008 mengungkapkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia nol hingga enam bulan di Indonesia menunjukkan penurunan dari 62,2 persen pada 2007 menjadi 56,2 persen pada 2008. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai enam bulan turun dari 28,6 persen pada 2007 menjadi 24,3 persen pada 2008. Sementara jumlah bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7 persen pada 2002 menjadi 27,9 persen pada 2003.
Menurut Sensus Dasar Kesehatan Indonesia, pemberian susu eksklusif terus menurun. Sedangkan pemberian susu botol  meningkat. Dari data tersebut di atas, kita mendapatkan gambaran bahwa bayi di Indonesia hanya mendapatkan ASI eksklusif selama 2-3 bulan kehidupannya dan selanjutnya adalah pemberian susu formula. Rendahnya pemberian ASI di negeri ini, diakibatkan minimnya informasi yang dimiliki oleh setiap orang tua, baik informasi mengenai proses menyusui yang selalu dikaitkan dengan mitos/budaya dan juga minimnya informasi akan bahaya susu formula yang telah dibuktikan secara ilmiah.
Baik tenaga kesehatan maupun masyarakat luas masih banyak yang berpikir bahwa susu formula memiliki kualitas gizi yang sama baiknya atau bahkan lebih baik dari ASI.
Sehingga sering kita dengar, sebagian masyarakat mengatakan dengan bangga bahwa buah hatinya minum susu dengan merk “A” dimana semakin mahal harga sebuah produk susu formula maka semakin “keren” lah derajat orangtua di mata masyarakat.
Sungguh memprihatinkan bahwa masyarakat luas telah tertipu oleh indahnya sebuah iklan di media elektronik atau peran tenaga kesehatan yang merangkap sebagai tenaga pemasaran dari sebuah produk susu formula. Salah satu kegagalan pemberian ASI di negeri ini adalah disebabkan strategi pemasaran susu formula yang berhasil me”yakin”kan masyarakat bahwa produk mereka sama baiknya bahkan lebih baik dari ASI.
Faktanya ternyata susu formula memiliki resiko tinggi terhadap masa depan kesehatan anak manusia. Bukan sekedar resiko jangka pendek dan menengah, namun yang perlu diperhatikan adalah resiko jangka panjang dari penggunaan susu formula.
Di bawah ini adalah uraian kerugian penggunaan susu formula baik terhadap bayi dan juga kepada ibu:
  1. Meningkatkan Resiko Asthma
  2. Meningkatkan Resiko Alergi
  3. Menghambat Perkembangan Kognitif
  4. Meningkatkan Resiko Infeksi Saluran Pernafasan Akut
  5. Meningkatkan Resiko Oklusi Pada Gigi Anak
  6. Meningkatkan Resiko Infeksi dari Susu Formula yang Terkontaminasi
  7. Meningkatkan Resiko Kurang Gizi
  8. Meningkatkan Resiko Kanker Pada Anak-Anak
  9. Meningkatkan Resiko Penyakit Kronis
  10. Meningkatkan Resiko Diabetes
  11. Meningkatkan Resiko Penyakit Kardiovaskuler (Jantung)
  12. Meningkatkan Resiko Obesitas
  13. Meningkatkan Resiko Infeksi Saluran Pencernaan
  14. Meningkatkan Resiko Kematian Pada Bayi dan Anak-Anak
  15. Meningkatkan Resiko Infeksi Telinga dan Otitis Media
  16. Meningkatkan Resiko Terkena Efek Samping dari Kontaminasi Lingkungan
  17. Meningkatkan Gangguan Kesehatan Jiwa
Melihat hasil-hasil penelitian ini, tentunya lebih menguatkan apa maksud dari perintah penyusuan dari Allah Subhana Wa Ta’ala. Bahwa ASI adalah satu-satunya makanan yang dibutuhkan oleh setiap anak manusia yang lahir ke muka bumi. Tidaklah mungkin setiap anak manusia menjadi manusia yang berjiwa muthmainah, jika tiada disusui ibunya.

Oleh: dr. Henny H. Zainal, CHt (Penyuluh Laktasi)
Disarikan dari Tabloid Bekam Edisi 11/2 (Cara Mudah Stop Diare)

Mengulas Lebih Dalam Hadits Tentang Hindiba (I)


andewi
Bermula ketika redaksi menemukan literatur tentang penggunaan Hindiba pada masa kejayaan Turki Utsmani, maka kami pun mulai melakukan investigasi untuk menggali manfaat hindiba sebagai bagian dari perbendaharaan dalam Ath-Thibbun Nabawi. Pada pembahasan pendahuluan, redaksi sempat mengutarakan hadits tentang Hindiba. Hadits lain tercantum dalam silsilah hadits dha’if dan maudhu karya Al-Syaikh Nashiruddin al-Albany sebagai hadits maudhu. Kini, redaksi akan mengulas lebih dalam tentang apa dan bagaimana tanaman hindiba tersebut.
“Hendaklah kalian menggunakan al-Hindiba, karena sesungguhnya tidak sehari pun kecuali pastilah tertetesi tetesan dari surga.”
Shaikh Nashiruddin al-Albany menyebutkan derajat hadits ini adalah maudhu’. Hadits tersebut telah dikeluarkan oleh Abu Naim dalam ath-thibb dengan sanad dari Muhammad bin Abi Yahya, dari Shalih bin Sahl, dari Musa bin Mu’adz, dari Umar bin Yahya bin Abi Salamah, dari Ummu Kultsum binti Abi Salamah, dari Ibnu Abbas r.a. Menurut Syaikh, sanad hadits ini sangat lemah, sebab Musa bin Mu’adz dan Umar bin Yahya telah dinyatakan dha’if oleh ad-Daruquthni. Bahkan oleh Abu Naim sendiri, Umar bin Yahya dinyatakan sebagai perawi sanad yang ditinggalkan atau tidak diterima riwayatnya oleh pada ahli hadits.
Lebih lanjut Syaikh menandaskan, adapun mengenai rijal (perawi) sanad yang di bawah keduanya tidaklah dikenal, alias majhul. Bahkan as-Suyuthi dalam kitabnya, al-Aali, menyatakan bahwa semua rijal sanad riwayat ini adalah rusak.
Adapun Ibnu Qoyyim selain menyebutkan hadits di atas beliau juga menyebutkan dua hadits lain dalam bab Ath-Thibbun Nabawi. Keduanya adalah:
Barangsiapa yang memakan buah hindiba, kemudian tidur, ia tidak akan terkena racun ataupun sihir.”
“Masing-masing dari daun pohon hindiba, pasti mengandung tetesan air dari Surga.”
Ibnu Qoyyim menjelaskan bahwa, meskipun hadits tersebut marfu’ namun semuanya tidak ada yang shahih. Sedangkan terkait dengan sifatnya Syaikh menyatakan hindiba adalah tanaman yang sifatnya bergantung pada musim.
Lebih jauh Ibnu Qoyyim mengulas bahwa buah hindiba bisa berbolak-balik sifatnya bergantung pada perubahan musim yang empat dalam satu tahun. Pada musim dingin sifatnya juga dingin dan lembab. Pada musim kemarau sifatnya panas dan kering, pada musim semi dan musim gugur sifatnya menjadi netral. Buah hindiba memiliki sifat pengikat dan mendinginkan, baik sekali untuk lambung. Bila dimasak dan dicampur dengan cuka, bisa memperkuat otot perut terutama sekali hindiba barat, lebih baik untuk lambung dan lebih mengikat, berkhasiat juga mengatasi lemah lambung.
Kalau dibalurkan, hindiba bisa meredakan inflamasi yang terjadi pada lambung, berkhasiat juga terhadap penyakit niqris (encok), berbagai jenis pembengkakan pada mata yang panas, bahkan bila dibalutkan daun dan akarnya bisa berkhasiat mengatasi sengatan kalajengking.
Buah hindiba juga berkhasiat memperkuat lambung, membuka penyumbatan yang terjadi pada lever, bermanfaat juga untuk mengatasi sakit yang bersifat panas dan dingin, membuka penyumbatan pada limpa, pembuluh  darah dan usus serta membersihkan saluran ginjal. Hindiba terbaik untuk pengobatan lever adalah yang paling pahit.
Jus hindiba berkhasiat menyembuhkan penyakit kuning yang tersumbat, terutama bila dicampur dengan kurma muda. Bila ditumbuk dengan daunnya, lalu dibalurkan pada radang tertentu, bisa mendinginkan dan mengkontaminasi pembengkakannya. Bisa juga membersihkan dada dan meredam panas darah dan hepatitis. Lebih baik disantap tanpa dicuci dan dibersihkan, karena pencucian atau pembersihan akan menyebabkan energy yang terkandung padanya terlepas. Selain itu buah hindiba mengandung energy tambahan sebagai penawar racun.
Jika air hindiba digunakan sebagai celak, bisa mengobati rabun malam. Daunnya termasuk energi tambahan, berkhasiat menjadi penawar racun kalajengking, bahkan juga penawar kebanyakan racun. Kalau airnya diperas lalu dicampurkan ke dalam minyak zaitun dapat menyembuhkan berbagai penyakit yang mematikan, apabila airnya diperas lalu diminum, bisa mengatasi akibat gigitan kalajengking dan kelabang. Milk-nya (pasta) bisa membersihkan putih mata.
Sementara penulis al-Qonun menyebutkan bahwa hindiba bersifat dingin dan lembab pada derajat pertama. Namun demikian sifatnya dapat berubah, terutama pada beberapa jenis hindiba tertentu  menjadi bersifat kering pada derajat kedua, bahkan beberapa jenis cenderung bersifat panas. Penulis al-Qonun menyebutkan alasan perubahan sifat hindiba sebagai berikut, “Di musim panas tingkat kepahitan hindiba lebih tinggi dan karena peningkatan kepahitan tersebut, maka sifatnya cenderung menjadi panas pada tingkatan tertentu.”
Chicory
Chicory
Apakah Hindiba Itu?
Hindiba dalam bahasa Inggris disebut dengan endive atau chicory, sementara dalam bahasa Persia disebut kyasni (kasni). Dalam buku Turkish Materia Medica, kata hindiba merujuk kepada dua jenis tanaman herba yang berasal dari keluarga Chicorium, yaitu Chicorium endivia (endive) dan Chicorium intybus (Chicory).
Sementara dalam bahasa Indonesia kata hindiba merujuk pada tanaman yang disebut andewi. Sebutan andewi disematkan pada tanaman yang berasal dari keluarga Chicorium jenis endive (Chicorium endivia), yaitu tanaman yang biasa dijadikan sayuran dan dibudidayakan di dataran tinggi di Indonesia. Sementara untuk jenis Chicorium intybus belum ada di tanah air. (JR/Berbagai Sumber)

Lambung, Pengolah Makanan Jasad dan Ruh



“Pencegahan adalah inti pengobatan. Lambung adalah rumah penyakit. Biasakanlah tubuh itu mengkonsumsi yang biasa dikonsumsinya.” (Harits Bin Kaladah – Zadul Maad) lambungLambung (Al Janib) dapat menjadi sarang penyakit karena ia adalah tempat awal pencernaan. Di situlah nutrisi diolah, lalu disalurkan ke usus dan seluruh tubuh. Tanpa lambung, seseorang perlu makan enam kali sehari dan bukannya tiga kali. Letak lambung terkurung di tengah perut namun lebih condong ke kanan sedikit, tepatnya di bawah diafragma (sekat antara rongga dada dan rongga perut) dan di depan pankreas.
Lambung yang berbentuk menyerupai kantung kulit lentur berleher panjang dapat mengembang dan mengecil jika kosong. Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar paling banyak. Besaran lambung rata-rata mampu menampung 1,5 liter makanan. Bagian luar lambung tampak mengkilat dan berwarna merah muda, sedangkan permukaan dalamnya bergelombang mengkilat.
Pencernaan di lambung berbeda dengan pencernaan di mulut. Ketika makanan dicacah oleh gigi dan dilumasi oleh air liur, maka terjadilah pencernaan secara mekanis. Sedangkan proses kimiawi terjadi ketika air liur yang melumasi makanan mengubah zat pati seperti nasi menjadi gula. Makanan yang telah dikunyah kemudian ditelan melalui  kerongkongan sejauh 25 sentimeter. Perjalanan makanan di kerongkongan yang dibantu oleh gravitasi dan otot polos di balik leher ini memerlukan waktu sekitar 12 detik. Kecepatan dalam mengunyah dan menelan turut mempengaruhi banyaknya udara yang terperangkap masuk ke dalam lambung. Oleh sebab itu, mengunyah makanan dengan terburu-buru dapat mengakibatkan banyak bersendawa.
Setelah melewati ujung kerongkongan, makanan masuk ke lambung melalui celah sempit di antara otot-otot yang disebut kardia. Otot-otot di celah bagian bawah kerongkongan ini menjadi katup penutup agar makanan yang telah masuk ke dalam lambung tidak tumpah ke kerongkongan. Namun demikian, arus balik makanan dari dalam lambung ke kerongkongan dapat terjadi akibat kelebihan kapasitas makanan dalam lambung, segera tidur setelah selesai makan, keadaan marah dan takut, pakaian yang terlalu sempit serta akibat pengaruh buruk alkohol. Kejadian seperti ini disebut dengan refluks yang menimbulkan rasa panas terbakar di kerongkongan.
Setibanya makanan di kerongkongan, maka sel-sel di permukaan lambung mulai melepaskan asam lambung agar makanan yang masuk ke sisi kubah lambung dapat bercampur dengannya. Setelah makanan terlumuri asam lambung, maka proses pencernaan secara kimiawi berlanjut di bagian terluas dari lambung atau tubuh lambung. Getah lambung dikeluarkan oleh sekitar 35 juta kelenjar yang terdapat dalam lambung. Cairan getah lambung yang diperlukan mencapai 1-2 liter.
Dari sejumlah cairan lambung yang dilepaskan, terdapat faktor intrinsik yang akan melindungi vitamin B12 dari pengaruh asam lambung yang menjadikannya dapat diserap oleh tubuh agar tidak mengalami anemia. Sedangkan unsur penyusun getah lambung yang berupa enzim pencerna yaitu, pepsin untuk memecah protein menjadi pepton, rennin sebagai pengurai protein susu, sejumlah kecil enzim lipase lambung untuk mencerna lemak dan 0,4 persen asam hidroklorida.
Asam hidroklorida (HCL) berfungsi mengasamkan semua makanan dan membunuh hampir seluruh kuman yang ikut masuk ke dalam lambung, dengan demikian lingkungan lambung tetap pada kondisi hampir steril. Kehadiran asam hidroklorida juga berperan menghentikan aktivitas pencernaan karbohidrat oleh enzim amilase, mengurai protein pada daging dan beberapa makanan yang sulit dicerna.
Asam lambung akan mempengaruhi pH (tingkat keasaman) lambung sehingga memiliki pH sekitar 1,0 – 3,5. Asam lambung bekerja seperti api yang membara dan dapat menghancurkan daging, bahkan silet. Lalu bagaimana ia tidak membuat lambung ikut hancur tercerna bersama daging yang dimakan?
Lambung terdiri dari beberapa lapisan yang saling menunjang dalam mencegah bahaya. Lapisan terluar lambung terdiri atas lapisan peritoneal yang disebut serosa. Lapisan peritoneal ini akan mengeluarkan cairan licin untuk melumasi dinding luar lambung dan lapisan luar usus. Dengan demikian walaupun keduanya berada pada posisi yang bersebelahan dan pergesekan terjadi ketika lambung mengaduk makanan, namun hal itu tidak akan merusak dinding lapisan terluar keduanya.
Di bawah lapisan peritoneal ada lapisan berotot yang terdiri dari tiga lapisan serabut. Kemudian setelahnya terdapat lapisan submukosa yang berisi pembuluh darah dan saluran limfe, sedangkan lapisan terdalam lambung terdiri atas lapisan mukosa (selaput lendir) yang dilapisi epitel yang penuh dengan saluran limfe. Semua sel-sel ini mengeluarkan lendir bikarbonat yang bersifat basa, sehingga dapat meredam bahaya asam lambung yang merusak. Singkatnya, lendir yang dilepaskan dari kelenjar yang berada di antara kelenjar pelepas asam klorida menjadi perisai agar lambung tidak mencerna/ merusak dirinya sendiri. Subhanallah…
Dinding lambung akan kehilangan 1,5 juta sel setiap harinya akibat terpapar getah lambung, oleh karenanya lapisan dinding lambung yang berhadapan dengan asam lambung mengalami peremajaan setiap tiga hari sekali. Perlindungan lain agar asam lambung tidak merusak lambung itu sendiri adalah bahwa enzim pepsin pemecah protein tidak dilepaskan ketika perut kosong dan pada awalnya pepsin dilepaskan dalam bentuk tidak aktif atau dalam bentuk pepsinogen supaya lambung tidak terluka karenanya.
Pepsinogen baru akan berubah menjadi pepsin (enzim aktif pencacah protein secara kimiawi), ketika terjadi pelepasan asam klorida dan hal ini terjadi saat lambung mendapat asupan makanan. Sementara pelepasan asam klorida dalam lambung dipicu oleh hormon gastrin yang bertugas memberikan sinyal ke dalam aliran darah agar kelenjar tertentu melepaskan asam klorida.
Sistem pelepasan cairan dalam lambung yang dibantu oleh sistem syaraf telah didisain dengan cermat agar lambung dapat menjalankan fungsi yang bertolak belakang sekaligus, hal ini bertujuan agar proses mencerna dapat berjalan dengan efisien namun tetap tidak merusak lambung itu sendiri. Namun pada kondisi stress lambung dapat mengalami cedera, hal ini dikarenakan kontrol sistem saraf yang terpicu oleh sensasi terhadap bau, rasa, dan berfikir tentang makanan menyebabkan otak mengirim sinyal ke kelenjar sekretorik di lambung sehingga memicu enzim untuk aktif mencerna walau dalam lambung tidak terdapat makanan.
Otot-otot lambung tersusun dalam tiga arah yang terpisah. Hal ini memungkinkan lambung untuk mengembang dan berkerut dengan mudah dari kanan ke kiri, atas dan bawah serta arah diagonal agar makanan terlarut secara sempurna oleh cairan lambung. Denyutan pada lambung memerlukan waktu sekitar tiga kali per menit di bagian atasnya, sedangkan bagian bawahnya berdenyut lebih cepat.
Sementara proses pelumatan makanan dari bentuk padat menjadi setengah padat dan terakhir menjadi cair memerlukan waktu sekitar dua sampai empat jam. Lamanya waktu makanan bersemayam di dalam lambung ini tergantung pada jenisnya.
Makanan cair akan lebih cepat melintasi lambung daripada makanan padat, makanan yang dikunyah lebih lumat juga akan lebih cepat melintasi lambung daripada yang kurang lumat. Selain itu, jenis makanan berpengaruh terhadap lamanya proses mencerna.
Suhu makanan juga berpengaruh terhadap waktu pencernaan. Semakin dingin suhu makanan maka akan semakin memperlambat proses pencernaan. Terhambatnya proses pencernaan oleh suhu dingin terjadi karena suhu makanan mempengaruhi suhu dalam lambung. Apabila suhu lambung menurun jauh di bawah suhu normalnya, yaitu sekitar 37o Celsius maka aktivitas mencerna akan ditunda sampai suhu lambung kembali normal.
Faktor lain yang dapat memperlambat pencernaan adalah makanan yang kaya akan lemak, aktivitas olah raga dan keadaan pikiran. Aktivitas berolah raga akan menyita suplai energi yang seharusnya diberikan pada sistem pencernaan, oleh karenanya bukan kebiasaan yang baik apabila melakukan olah raga setelah makan.
Setelah makanan dilumat, maka sekitar 70 cc makanan cair berjalan melalui lubang pintu keluar atau dalam bahasa arab disebut bawwab. Di pintu keluar ini terdapat katup pilorik yang memisahkan lambung dengan usus dua belas jari. Ketika sejumlah kecil makanan masuk ke usus dua belas jari, katup pilorik akan menutup sampai makanan cair tersebut dinetralkan oleh getah usus dua belas jari, getah pankreas dan cairan empedu yang bersifat basa. Bila otot pilorik kembali mengendur, ini artinya usus dua belas jari telah siap menerima kiriman lain dari isi lambung.
Fungsi pendistribusian makanan dari lambung ke usus dua belas jari secara perlahan adalah untuk mencegah kerusakan usus dua belas jari akibat pengaruh cairan asam yang tercampur dalam makanan. Oleh sebab itu, apabila asam mengikis dinding sfrinkter pilorik maka akan terjadi peradangan dan dapat menjadi tempat bersemayamnya bakteri helicobacter pylori yang memicu maag.
Makanan yang telah dinetralisir di usus dua belas jari, sebagian akan dicerna lebih lanjut di usus halus dengan bantuan cairan khusus yang dikirimkan dari pankreas dan hati. Sebagian yang lain disalurkan oleh sistem peredaran darah ke seluruh tubuh melalui penyerapan di usus halus. Semua makanan yang telah menjadi saripati ini akan menjadi nutrisi, bahan dasar energi dan untuk perbaikan sel. Sedangkan ampas lambung yang telah melewati hepar akan menjadi cairan empedu dan air seni.
Ibnu Qoyyim menyebutkan bahwa apabila makanan telah dilumat menjadi cairan maka saripatinya yang paling halus dan paling ringan disalurkan kepada ruh. Saripati yang disalurkan ke penglihatan akan menjadi alat melihat, yang disalurkan ke pendengaran akan menjadi alat mendengar dan yang disalurkan ke penciuman akan menjadi alat cium. Demikian pula disalurkan ke seluruh alat panca indra sesuai dengan fungsi masing-masing.
Setelah diproses dalam lambung makanan akan berubah menjadi darah yang memberi karakter sanguin (ceria), cairan hitam yang memberi karakter melankolis (murung), cairan kuning yang memberi karakter kholerik (mengendalikan) dan lendir yang memberikan karakter plegmatis (apatis), maka merupakan hikmah Ilaahi adalah Allah menciptakan bagi masing-masing cairan di atas tempat khusus. Cairan yang disalurkan ke anggota tubuh adalah cairan yang paling sempurna. Allah jadikan empedu sebagai tempat cairan yang berwarna kuning, limpa sebagai tempat cairan yang berwarna hitam sementara jantung menjadi tempat cairan yang paling baik, yaitu darah. Darah itu dipompa oleh jantung ke seluruh bagian tubuh.
Jika melihat kekuatan lahir ataupun batin masing-masing anggota tubuh yang saling berbeda bentuk maupun fungsinya, niscaya akan terlihat pemandangan yang sangat menakjubkan. Misalnya kekuatan pendengaran, penglihatan, penciuman, perasa, peraba, perasaan cinta, benci, suka, marah dan kekuatan lain yang berkaitan dengan alat berfikir dan alat berkehendak.
Demikianlah kekuatan yang dihasilkan dari saripati makanan, bagaikan kekuatan yang menggerakkan, mengukuhkan dan mendorongnya beraktivitas setelah seluruh anggota tubuh mengambil bagiannya.
Lebih lanjut Ibnu Qoyyim mengatakan bahwa orang yang memelihara binatang buas, maka ia akan tertular tabiat dan perangai binatang yang dipeliharanya. Dan jika memakan dagingnya, maka sangat mungkin ia akan menyerupai tabiat dan perangai binatang itu, karena seseorang akan memiliki kemiripan (tabiat) dengan apa yang ia makan.
Al-Imam al-Fakhrurrazi mengatakan dalam penafsirannya tentang ayat ketiga dari surat al-Maa’idah bahwa ahli ilmu mengatakan, “Makanan itu menjadi bagian dari substansi orang yang memakannya, sehingga mengharuskan baginya memiliki sifat dan akhlak sesuai dengan jenis makanan yang dikonsumsinya.”
Sementara Ibnu Khaldun mengatakan, “orang Arab makan daging unta sehingga mereka menjadi keras, orang Persia makan daging kuda sehingga mereka menjadi kejam, orang Perancis makan daging babi sehingga mereka memiliki sifat dayuts (tidak perduli dengan kehormatan diri dan keluarga).
Oleh karenanya penjagaan tubuh yang terbaik adalah menjaga lambung dari makanan yang merusak jasad dan ruh. Wallahu A’lam Bis Shawwab (tb/berbagai sumber).
Disari dari Tabloid Bekam Edisi II Cet. Ulang (Maag, Madu Obatnya)

Kisah Al-Harits bin Kaldah dan Raja Persia

Salah satu tabib yang terkenal di kalangan bangsa Arab adalah Al-Harits bin Kaldah. Beliau hidup pada masa Rasulullah ﷺ. Beliau adalah orang yang ikut makan bersama Khalifah Abu Bakar ketika mereka berdua diracuni melalui daging khazirah (daging yang diberi tepung dan dimasak) yang dihadiahkan kepada Abu Bakar r.a.
Suatu ketika Al-Harits bin Kaldah diizinkan memasuki istana Anousriwan (Raja Persia). Al-Harits pun berdiri di sisi raja, dan terjadilah dialog antara Al-Harits dan sang Kisra (Gelar Raja Persia).
                                                                               Raja                       : Siapa engkau?
ilustrasiAl-Harits               : Saya Al-Harits bin Kaldah Al Tsaqofiy.
Raja                       : Apa profesimu?
Al-Harits               : Saya seorang dokter.
Raja                       : Apakah kamu bangsa Arab?
Al-Harits               : Ya.
Raja                       : Apa yang dapat diperbuat bangsa Arab dalam kedokteran, sementara mereka bangsa bodoh, akalnya lemah, dan buruknya makanan mereka?
Al-Harits               : Wahai raja, jika ini menjadi sifatnya, itu berarti mereka sangat membutuhkan orang yang bisa memperbaiki kebodohannya, memperbaiki akhlaknya, dan menyehatkan fisiknya, karena orang berakal mengetahui semua itu dari keadaan dirinya sendiri, dapat membedakan dengan keadaan dirinya, dan mereka senantiasa berhati-hati dari semua obat-obatan dengan cara mengindahkan dan memperbaiki pola dan tata cara hidup dirinya.
Ketika dialog sedang berlangsung, sang raja berdiri dan member maklumat kepada seluruh hadirin. Kemudian berkata, “Sungguh saya saksi dengan kekuatan nalar Al-Harits, dan kemuliaan kaumnya, kemuliaan tuturnya, dan ucapannya yang jujur. Inilah nalar orang yang teruji dengan bijak.” Lalu, ia memerintahkan Al-Harits untuk duduk. Setelah duduk, raja kembali bertanya.
Raja                       : Bagaimana engkau menjadi ahli di bidang kedokteran?
Al-Harits               : Larangan-larangan anda (tujuan dari larangan yang raja inginkan).
Raja                       : Apa asal dan sumber kedokteran?
Al-Harits               : Al-Azm
Raja                       : Apa itu al-Azm?
Al-Harits               : Kekuatan bibir dan kelembutan tangan (maksudnya, baik akhlak dan menghindari yang haram).
Raja                       : Engkau benar. Lantas, apa obat orang pikun atau tua renta?
Al-Harits               : Memasukkan makanan ke dalam makanan yang menjadikan kebaikan berarti sia-sia dan membinasakan binatang buas yang berbahaya.
Raja                       : Engkau benar. Lalu, batu apa yang dalam perut dapat mengacaukan, merusak sampai akar-akar?
Al-Harits               : Dyspepsia (buruk pencernaan) jika menetap di bagian dalam rongga perut maka ia dapat membunuh, dan jika dapat disingkirkan maka akan sakit.
Raja                       : Engkau benar. Lalu, apa komentarmu tentang bekam?
Al-Harits               : Dapat meringankan kepucatan dan tetap ceria, dapat menahan dahaga, dan keringat badan yang baik, rasa gembira, dan menjauhkan dari kesedihan.
Raja                       : Hal apa yang tidak masuk ke dalam WC?
Al-Harits               : Perut kenyang tidak memasuki WC.
Raja                       : Apa pendapat kamu tentang obat?
Al-Harits               : Tinggalkan apa-apa yang bertentangan dengan kesehatan.
Raja                       : Apa komentarmu tentang minuman?
Al-Harits               : Jangan minum pada saat kamu sesak nafas, maka engkau akan pusing (Sakit kepala), dan akan menyebabkan berbagai penyakit. Minumlah minuman hangat, yang tidak panas dan tidak dingin. Makanlah makanan manis hangat, dan yang asam/ kecut dingin, makanan tidak dingin sedang, yang pedas-pedas hangat, makanan pahit, baik dingin maupun panas.
Raja                       : Apakah kamu menganjurkan suntik atau injeksi (Maksudnya al-fashd, bukan suntik yang banyak dikenal saat ini)?
Al-Harits               : Ya, saya membaca dalam beberapa buku para ahli bahwa suntik membersihkan rongga perut, memusnahkan penyakit, dan yang ajaib adalah bagaimana bila orang tidak disuntik dan mengalami penyakit tua.
Raja                       : Makanan dari jenis daging apa yang lebih baik?
Al-Harits               : Daging domba segar, sedangkan daging dendeng bergaram membinasakan.
Raja                       : Apa pendapatmu tentang buah-buahan?
Al-Harits               : Makanlah buah-buahan segar, dan tidak busuk, tinggalkan jika sudah usang atau habis masa berlakunya, sebaik-baik buah adalah buah delima, buah utrujj (Semacam jeruk; Citron). Sebaik-baik bau segar sedap adalah bunga mawar dan bunga violet atau lavender (bunga warna merah lembayung). Sebaik-baik makanan sayuran, kacang-kacangan dan jamu adalah andewi (Hindiba), dan kol, kubis (lettuce).
Raja                       : Apa pendapatmu tentang meminum air?
Al-Harits              : Air adalah kehidupan bagi tubuh. Tubuh kuat karena air. Air bermanfaat jika diminum sesuai kadar. Meminum selepas tidur membawa mudharat besar.
Raja                       : tubuh ini terdiri dari berapa ciri?
Al-Harits               : Terdiri dari empat ciri, hitam pekat yang dingin (empedu hitam) , kuning pekat yang panas dan kering (empedu kuning), darah yang panas lembab, dan lendir yang dingin lembab.
Raja                       : Mengapa tidak hanya satu ciri?
Al-Harits               : Jika diciptakan dengan satu ciri saja maka ia tidak butuh makan, tidak perlu minum, dan tidak pernah sakit serta tidak binasa.
Raja                       : Lalu, apa itu kegairahan?
Al-Harits             : Memiliki tujuan dalam setiap perkara.
Lalu, Sang Kisra (raja Persia yang thagut) berkata, “Demi Tuhan, telah sempurna manusia dari bangsa Arab. Sungguh engkau telah mengaruniai mereka dengan ilmu, dan memberikan keistimewaan dengan kecerdasan dan pemahaman.”

Pustaka: Mukjizat Kedokteran Nabi ﷺ; Mahir Hasan Mahmud Muhammad

Khamr Musuh Liver

7 Bahaya Khamr

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah, ‘Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya’.”
- QS. Al-Baqarah: 219 –
Al-Khamr  secara bahasa artinya tertutup, diambil dari kata khimar yang berarti kerudung (penutup kepala). Khamr menurut istilah syari’at (terminologi) adalah segala sesuatu yang bisa memabukkan atau menutupi akal, entah itu terbuat dari anggur, gandum, nira atau yang lainnya, berbentuk cairan ataupun padat, tidak dibedakan cara penggunaannya apakah dengan diminum, dimakan, dihirup, melalui suntikan maupun cara lainnya.
Minuman keras juga bagian dari khamr, sifatnya berbahaya dan membahayakan bagi orang yang meminumnya. Bahkan laknat Nabi ﷺ atas bisnis khamr (minuman keras) mencakup kepada sepuluh golongan, yaitu yang memerasnya, yang minta diperaskan, yang meminumnya, yang membawanya, yang minta diantarkan, yang menuangkannya, yang menjualnya, yang memakan hasil penjualannya, yang membelinya dan yang yang minta dibelikan.
Sedemikian bahayanya dampak khamr bahkan Rasulullah ﷺ pun melarang menggunakannya sebagai obat, walau sebagian kalangan menyatakan khamr mengandung manfaat baik dikonsumsi sebagai minuman atau sebagai bahan campuran obat seperti obat bentuk eliksir. Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa Rasulullah ﷺ pernah ditanya tentang khamr yang dicampurkan dengan obat. Beliau bersabda, “khamr itu penyakit, bukan obat.” (H.R. Abu Daud dan At-Tirmidzi).
Allah telah menegaskan bahwa minuman keras itu penyakit, maka tidak mungkin dijadikan obat. Minuman keras juga bisa menciptakan perangai buruk pada tubuh dan pikiran seseorang. Karena, tubuh secara alami juga akan menerima reaksi dari struktur minuman keras secara nyata sekali.
Dalam minuman keras tidak ada unsur obat sama sekali yang Allah ciptakan di dalamnya. Menurut kalangan ahli medis dan ahli fiqih serta ahli ilmu kalam berpendapat senada yaitu minuman keras amatlah berbahaya bagi otak yang merupakan sentral pikiran manusia.
Khamr di dunia, walaupun dinamai dengan nama lain seperti “bir” yang dalam bahasa Arab “al birru” berarti kebaikan, tapi khamr di dunia tetap mutlak minuman yang tidak baik dan meminumnya berarti mengikuti langkah-langkah setan.
Dalam hadits lain, Nabi ﷺ bersabda, ”Barangsiapa yang meminum khamr di dunia -kemudian dia mati- sedangkan dia biasa meminumnya dan tidak bertaubat darinya, niscaya dia tidak akan meminumnya di akhirat (dalam surga).” (HR. Muslim)
Khamr surga berbeda dengan khamr di dunia karena ia tidak mengandung alkohol dan tidak memabukkan, hal ini telah Allah tegaskan dalam surat Ash Shaaffat ayat 47 yang berbunyi, “Tidak ada dalam khamr itu alkohol dan mereka tidak mabuk karenanya.”
Dalam surat Ash Shaaffat tersebut dijelaskan alkohol dengan kata “ghaul.” Sebagaimana diketahui bahwa Jabir bin Hayyan adalah orang yang pertama kali memperhatikan adanya zat dalam khamr, yaitu pada tahun 800 M. Zat tersebut rasanya membakar dan cepat menguap, menghilangkan akal dan pandangan. Kemudian Jabir bin Hayyan memeras zat ini dengan kadar sedikit dan dinamakan dengan “al ghaul.” Ghaul inilah zat pada khamr yang menyebabkan penyakit. Lalu datang sesudahnya ahli kimia barat kemudian mereka memerasnya dengan takaran yang besar sehingga setelah itu terkenallah dengan penggunaan kata alkohol.
Dr. Ahmad Husain salim dalam buku menyembuhkan penyakit Jiwa Dan Fisik memaparkan bahwa menenggak  khamr (alkohol)  secara terus-menerus, maka akan mengakibatkan sirosis (pengerasan hati). Arti penyakit kronis di sini adalah hukuman mati secara perlahan-lahan terhadap penderitanya.
Dalam ilmu kimia, alkohol yang umum terkandung pada miras (khamr) disebut senyawa etil alkohol (etanol), zat ini bersifat racun dan dalam jangka panjang menyebabkan kerusakan organ-organ tubuh, seperti otak, saluran cerna, hati dan merusak otak janin atau bahkan menyebabkan keguguran disertai bayi lahir dalam keadaan mati. Sementara jenis lain dari alkohol yang kadang terkandung dalam miras (khamr) adalah metil alkohol atau yang sering disebut methanol. Metanol adalah zat yang amat toksik dan bagi peminumnya dapat mengalami keracunan, kebutaan mendadak atau bahkan kematian seketika.

Sumber: Tabloid Bekam

PETUNJUK NABI SAW MENGENAI TERAPI TERHADAP PENDERITA ‘AIN (MATA JAHAT)

Kenikmatan adalah hal yang didambakan setiap orang. Dan setiap kenikmatan juga dapat sekaligus menjadi ujian bagi seseorang. Salah satu kenikmatan yang dikaruniakan oleh Allah bagi sepasang insan adalah hadirnya sang buah hati dalam kehidupan. Ketika telah lahir, maka fisiknya yang lucu mengundang orang untuk memandang, memanjakan, menyentuhnya. Dan ketika tumbuh beranjak menjadi sosok kanak-kanak, tetap tingkah lakunya banyak mengundang perhatian orang.
Dengan sebab ini, maka perlulah kita ketahui sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Setiap yang memiliki kenikmatan pasti ada yang iri (dengki).” (Shahihul Jami’ 223. Lihat majalah Al Furqon). Perlu menjadi perhatian bagi orang tua bahwa dalam syari’at Islam telah dijelaskan adanya bahaya ‘ain (pandangan mata) terutama bagi anak-anak. Pandangan mata yang berbahaya ini dapat muncul dengan sebab kedengkian orang yang memandang atau karena kekaguman.
Bahaya ‘Ain
Ibnu Qoyyim rohimahullah dalam kitab Tafsir Surat Muawwadzatain berkata, “Bahaya dari pandangan mata dapat terjadi ketika seseorang yang berhadapan langsung dengan sasarannya. Sasaran tukang pandang terkadang bisa mengenai sesuatu yang tidak patut didengki, seperti benda, hewan, tanaman, dan harta. Dan terkadang pandangan matanya dapat mengenai sasaran hanya dengan pandangan yang tajam dan pandangan kekaguman.” Pengaruh dari bahaya pandangan mata pun hampir mengenai Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman-Nya,
وَإِن يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ
“Sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar al Qur’an dan mereka mengatakan ‘Sesungguhnya dia (Muhammad) benar-benar gila.” (Al Qalam [68]: 51)
Terdapat pula hadits dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
العين حقُُّ ولو كان شيء سابق القدر لسبقته العين
“Pengaruh ‘ain itu benar-benar ada, seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, ‘ainlah yang dapat melakukannya.” (HR. Muslim)
Subhanallah, lihatlah bagaimana bahaya ‘ain telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan As Sunnah. Dan terdapat pula contoh-contoh pengaruh buruk ‘ain yang terjadi pada masa sahabat. Salah satunya adalah yang terjadi ada Sahl bin Hunaif yang terkena ‘ain bukan karena rasa dengki namun karena rasa takjub. Sebagaimana dalam hadits,
Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif menyebutkan bahwa Amir bin Rabi’ah pernah melihat Sahl bin Hunaif mandi lalu berkatalah Amir, “Demi Allah, Aku tidak pernah melihat (pemandangan) seperti hari ini, dan tidak pernah kulihat kulit yang tersimpan sebagus ini.” Berkata Abu Umamamh, “Maka terpelantinglah Sahl.” Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi Amir. Dengan marah beliau berkata, “Atas dasar apa kalian mau membunuh saudaranya? Mengapa engkau tidak memohonkan keberkahan (kepada yang kau lihat)? Mandilah untuknya!” Maksudnya Nabi menyuruh Amir berwudhu kemudian diambil bekas air wudhunya untuk disiramkan kepada Sahl dan ini adalah salah satu cara pengobatan orang yang tertimpa ‘ain bila diketahui pelaku ‘ain tersebut (*). Maka Amir mandi dengan menggunakan satu wadah air. Dia mencuci wajah, kedua tangan, kedua siku, kedua lutut, ujung-ujung kakinya dan bagian dalam sarungnya. Kemudian air bekas mandinya itu dituangkan kepada Sahl, lantas dia sadar dan berlalulah bersama manusia.” (HR. Malik dalam al Muwaththa 2/938, Ibnu Majah 3509, dishahihkan oleh Ibnu Hibban 1424. sanadnya shahih, para perawinya terpercaya, lihat Zaadul Ma’ad tahqiq Syu’aib al Arnauth dan Abdul Qadir al Arnauth 4/150 cet tahun 1424 H. Lihat majalah Al Furqon).
(*) Kata mandi yang ada di sini maksudnya adalah berwudhu sebagaimana disebutkan Imam Malik dalam kitab Al Muwattho. Wallahu a’lam.
Tanda-Tanda Terkena ‘Ain
Tanda-tanda anak yang terkena ‘ain di antaranya adalah menangis secara tidak wajar (bukan karena lapar, sakit atau mengompol), kejang-kejang tanpa sebab yang jelas, tidak mau menyusu pada ibunya tanpa sebab, atau kondisi tubuh sang anak kurus kering dan tanda-tanda yang tidak wajar lainnya.
Sebagaimana dalam hadits dari Amrah dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata, “Pada suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk rumah. Tiba-tiba beliau mendengar anak kecil menangis, lalu Beliau berkata,
ما لِصبيِّكم هذا يبكي قهلاََ استرقيتم له من العين
“Kenapa anak kecilmu ini menangis? Tidakkah kamu mencari orang yang bisa mengobati dia dari penyakit ‘ain?” (HR. Ahmad, Baqi Musnadil Anshar. 33304).
Begitu pula hadits Jabir radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Asma’ binti Umais, “Mengapa aku lihat badan anak-anak saudaraku ini kurus kering? Apakah mereka kelaparan?” Asma menjawab, “Tidak, akan tetapi mereka tertimpa ‘ain”. Beliau berkata, “Kalau begitu bacakan ruqyah bagi mereka!” (HR. Muslim, Ahmad dan Baihaqi)
Berlindung dari Bahaya ‘Ain
Sesungguhnya syari’at Islam adalah sempurna. Setiap hal yang mendatangkan bahaya bagi umatnya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentu telah menjelaskan tentang perkara tersebut dan cara-cara mengantisipasinya. Begitu pula dengan bahaya ‘ain ini.
1. Bagi Seseorang yang Memungkinkan Memberi Pengaruh ‘Ain
Berdasarkan hadits Abu Umamah di atas maka hendaknya seseorang yang mengagumi sesuatu dari saudaranya maka yang baik adalah mendoakan keberkahan baginya. Dan berdasarkan surat Al Kahfi ayat 39, maka ketika takjub akan sesuatu kita juga dapat mengucapkan doa:
مَا شَآءَ اللهُ لاَ قُوَّةَ إلاَّ بِا للهِ
Artinya:
“Sungguh atas kehendak Allah-lah semua ini terwujud.”
2. Bagi yang Memungkinkan Terkena ‘Ain
Sesungguhnya ‘ain terjadi karena ada pandangan. Maka hendaknya orang tua tidak berlebihan dalam membanggakan anaknya karena dapat menimbulkan dengki ataupun kekaguman pada yang mendengar dan kemudian memandang sang anak. Adapun jika memang kenikmatan itu adalah sesuatu yang memang telah nampak baik dari kepintaran sang anak, fisiknya yang masya Allah, maka hendaknya orang tua mendoakan dengan doa-doa, dzikir dan ta’awudz yang telah diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantaranya adalah surat muawadzatain (surat Annas dan al-Falaq). Ada pula do’a yang biasa diucapkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta perlindungan untuk Hasan dan Husain, yaitu:
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانِِ وَ هَامَّةِِ وَ مِنْ كُلِّ عَيْنِِ لامَّةِِ
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari godaan setan, binatang beracung dan dari pengaruh ‘ain yang buruk.” (HR. Bukhari dalam kitab Ahaditsul Anbiya’: 3120)
Atau dengan doa,
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَِ
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari kejahatan makhluk-Nya.” (HR. Muslim 6818).
Kemudian, terdapat pula do’a yang dibacakan oleh malaikat Jibril alaihissalam ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapat gangguan setan, yaitu:
بِسْمِ اللهِ أرْقِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءِِ يُؤْذِيْكََ مِن شَرِّ كُلِّ نَفْسِِ وَ عَيْنِ حَاسِدِِ اللهُ يَشْفِيكَ
“Dengan menyebut nama Allah, aku membacakan ruqyah untukmu dari segala sesuatu yang menganggumu dari kejahatan setiap jiwa dan pengaruh ‘ain. Semoga Allah menyembuhkanmu.”
Dan terdapat do’a-do’a lain yang dapat dibacakan kepada sang anak untuk menjaganya dari bahaya ‘ain ataupun menyembuhkannya ketika telah terkena ‘ain. (lihat Hisnul Muslim oleh DR. Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani atau Ad Du’a min Al Kitab wa As Sunnah yang telah diterjemahkan dengan judul Doa-doa Dan Ruqyah dari Al-Qur’an dan Sunnah oleh DR. Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani)
Kesalahan-Kesalahan Dalam Penjagaan dari Bahaya ‘Ain atau Sejenisnya
Memang bayi sangat rentan baik dari bahaya ‘ain ataupun gangguan setan lainnya. Terdapat beberapa kesalahan yang biasa terjadi dalam menjaga anak dari gangguan tersebut karena tidak berdasarkan pada nash syari’at. Diantara kesalahan-kesalahan tersebut adalah:
1. Menaruh gunting di bawah bantal sang bayi dengan keyakinan itu akan menjaganya. Sungguh ini termasuk kesyirikan karena menggantungkan sesuatu pada yang tidak dapat memberi manfaat atau menolak bahaya.
2. Mengalungkan anak dengan ajimat, mantra dan sebagainya. Ini juga termasuk perbuatan syirik dan hanya akan melemahkan sang anak dan orang tua karena berlindung pada sesuatu selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Perlulah kita selalu mengingat, bahwa sekalipun kita mengetahui bahaya ‘ain memiliki pengaruh sangat besar dan berbahaya, namun tidaklah semua dapat terjadi kecuali dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan kita sebagai orang Islam tidaklah berlebihan dalam segala sesuatu. Termasuk dalam masalah ‘ain ini, maka seseorang tidak boleh berlebihan dengan menganggap semua kejadian buruk berasal dari ‘ain, dan juga tidak boleh seseorang menganggap remeh dengan tidak mempercayai adanya pengaruh ‘ain sama sekali dengan menganggapnya tidak masuk akal. Ini termasuk pengingkaran terhadap hadits-hadits shahih Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Sikap yang terbaik bagi seorang muslim adalah berada di pertengahan, yaitu mempercayai pengaruh buruk ‘ain dengan tidak berlebihan sesuai dengan apa yang dikhabarkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wallahu a’lam.
Penulis: Ummu Ziyad
Muroja’ah: Ust. Subhan Khadafi, Lc

Salam Tim Redaksi Tabloid Bekam

Khasiat Buah Ara / Buah Tin.

Tidak ada hadits yang menyebutkan buah tin karena buah ini tidak tumbuh di daerah Hijaz atau Madinah. Buah tin tumbuh di lahan yang berbeda denngan lahan tumbuhnya kurma. Allah telah bersumpah dengan buah tin dalam kitab-Nya karena keutamaan-keutamaannya.
Buah Tin bersifat panas. Jenis yang terbaik adalah buah ara putih jika matang. Sebab, buah tin dapat menghancurkan batu ginjal dan membersihkan kandung kencing di ginjal serta buah tin berkhasiat melawan racun. Buah tin lebih bergizi daripada buah lainnya, buah tin dapat membantu mengurangi sesak nafas, sakit tenggorokan dan batang tenggorokan. Buah tin membersihkan liver dan limpa, membersihkan lendir dalam perut, dan memberikan gizi bagi tubuh. Namun buah tin menimbulkan caplak jika dimakan berlebihan.
Buah tin yang kering berguna bagi syaraf. Bila dimakan dengan buah badam dan buah pala, akan baik sekali. Galineus menandaskan,”Bila dimakan bersama dengan buah badam dan buah rue, selama tidak mengkonsumsi racun mematikan, akan berkhasiat menjaga tubuh dan berbagai unsur berbahaya.
Diriwayatkan dari Abu Darda bahwa ia pernah menghadiahkan buah tin kepada Nabi. Beliau berkata “Makanlah”. Maka Abu Darda` ikut memakannya bersama beliau. Beliau Bersabda,”Kalau kau katakan bahwa ada buah yang turun dari Surga, pasti kupastikan itulah buahnya. Karena buah surga itu tidak berbiji. Makanlah, karena buah ini bisa mengatasi penyakit ambeien dan berguna mengatasi penyakit encok.” Namun keabsahan riwayat ini masih dipertanyakan.
Daging buah ini adalah yang terbaik karena dapat memancing haus tetapi juga mampu meredam rasa haus akibat dahak asin. Juga berkhasiat mengobati sakit batuk kronis, memperlancar buang air kecil, membongkar sumbatan pada liver dan limpa, serta berguna untuk ginjal dan kandung kencing. Bila dikonsumsi dengan cara dikunyah akan bermanfaat secara ajaib untuk membuka saluran makanan terutama sekali bila dicampur buah badam dan pala. Namun amat tidak baik sekali bila dicampur dengan makanan-makanan berat. Buah ini mirip strawberi putih, hanya kandungan gizinya lebih sedikit dan agak berbahaya bagi lambung. Itulah Khasiat dan Manfaat Buah Tin atau Buah Ara.
Sumber :
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Praktek Kedokteran Nabi, Hikam Pustaka, Yogyakarta.
Salam Redaksi Tabloid Bekam (irfan)

AGAR KERJA PANGKREAS TETAP OKE

 Dr.Wadda’ A. Umar
Pankreas adalah sebuah kelenjar yang sangat penting bagi tubuh. Namun ia tidak sepopuler liver, jantung atau ginjal. Ia jarang disebut karena memang jarang menimbulkan masalah penyakit dibanding dengan organ tubuh lain. Hanya disebut sesekali saja, meski sesungguhnya pankreas mempunyai peran yang tidak kecil. Setidaknya untuk fungsi pencernaan. Pankreas, disebut kelenjar ludah perut adalah kelenjar dari sebuah sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama.
Yang pertama, menghasilkan beberapa hormon penting seperti hormon insulin yang dihasilkan sel beta, hormon GHS yang dihasilkan sel epsilon, dan hormon GHIH yang dihasilkan sel delta.
Fungsi yang kedua menghasilkan enzim pencernaan. Enzim yang diproduksi ini berfungsi membantu pencernaan makanan yang kita konsumsi. Ada enzim pemecah karbohidrat, pemecah lemak, dan pemecah protein. Dengan demikian laju metabolisme apa saja makanan yang kita makan, akan lancar prosesnya berkat kehadiran enzim-enzim pankreas. Enzim yang diproduksi dialirkan melalui saluran ke dalam usus dua belas jari. Setelah makanan digiling dan dicampur dengan asam lambung, proses selanjutnya berlangsung di dalam usus duabelas jari sebagai kelanjutan dari lambung sebelum masuk ke usus halus, tempat sebagian besar sari makanan yang sudah diolah menjadi zat gizi yang bisa diserap oleh usus memasuki aliran darah.
Nah, dari fungsi-fungsi pakreas tersebut, yang paling sering disebut-sebut adalah fungsinya yang mengeluarkan hormon insulin, dimana bila fungsi ini terganggu dapat menyebabkan timbulnya kencing manis.
Bila pankreas rusak
Sebenarnya, penyakit atau kerusakan pada pankreas tidak hanya menyebabkan kencing manis saja seperti yang sudah dipahami saat ini. Sebab, setiap terjadi gangguan pada pankreas, apa pun bentuk dan penyebabnya, yang akan muncul tentu gangguan fungsi. Oleh karena fungsi pankreas memproduksi hormon insulin dan enzim perut, maka, gejala dan keluhan yang muncul pun tidak hanya seputar gangguan insulin. Tetapi juga gangguan enzim.
Dari sekian jenis penyakit yang merusak pankreas, paling sering adalah meradangnya kelenjar pankreas. Penyebab peradangan pankreas tidak selalu jelas. Bisa muncul akibat komplikasi virus gondong (mumps, parotitis), gangguan batu empedu, jejas (trauma) sehabis pembedahan perut, pada orang-orang kadar lemak darahnya tinggi (hyperlipidemia), pada orang yang kelenjar anak gondoknya terlalu aktif (hyperparathyroidism), pemakai obat-obat keras dalam jangka waktu lama, serta pada peminum alkohol.
` Bila pankreas rusak, maka mula-mula akan mengenai bagian kelenjar yang memproduksi insulin. Akibatnya, produksi insulin menurun, lalu munculah penyakit kencing manis atau diabetes. Tetapi diabetes ini bukanlah diabetes sejati, melainkan diabetes akibat adanya gangguan pankreas yang biasanya hanya terjadi sementara waktu saja. Karena yang terserang adalah orang yang sesungguhnya tidak berisiko diabetes, maka bila pankreasnya sudah membaik, diabetesnya akan normal kembali.
Kerusakan pankreas selain menyebabkan gangguan insulin, sekaligus bisa menyebabkan gangguan fungsi enzim. Oleh karena salah satu enzim pankreas bersifat menghancurkan protein, maka dengan adanya kerusakan di pankreas, menyebabkan enzim yang tumpah akan merusak jaringan di sekitar rongga perut seperti mengenai selubung rongga perut, lempeng penggantung usus, ginjal, dan limpa. Selain itu, enzim tadi bisa menyebabkan perlukaan pada pembuluh darah, pembentukan kista, pernanahan, dan kematian jaringan.
Pankreas dan diabetes
Diabetes Mellitus (DM), atau penyakit kencing manis, demikian nama lengkap penyakit ini. Tapi, sering disingkat diabetes saja. DM sebenarnya merupakan penyakit akibat gangguan metabolisme. Pada saat metabolisme tubuh dalam kondisi normal, suplai karbohidrat ke dalam tubuh akan langsung diubah menjadi glukosa atau sering disebut sebagai gula. Pada saat yang bersamaan, pankreas juga memproduksi hormon insulin yang kemudian masuk ke dalam aliran darah agar glukosa dapat diubah menjadi energi yang dibutuhkan oleh setiap sel di seluruh bagian tubuh. Bila insulin “mogok’ , maka glukosa atau gula tadi tidak bisa diubah menjadi energi. Akibatnya gula akan menumpuk dalam darah, urin, dan bagian tubuh lainnya. Sehingga tubuh penuh dengan gula, yang disebut kencing manis.
Penyebab tersering dari “mogoknya” pankreas adalah penyusutan sel akibat masalah genetik (keturunan), dan peradangan yang disebabkan oleh serangan virus ke pankreas, khususnya yang menyerang Pulau Langerhans, sehingga pankreas tidak bekerja dengan baik. Pada pasien DM ini, ia memerlukan insulin sepanjang hidupnya. Dalam istilah medis disebut DM tipe I. Umumnya DM tipe I ini muncul pertama ketika penderita masih berusia dibawah 30 tahun.
Penyebab kedua adalah metabolisme yang melambat akibat usia yang mulai tua. Pada kondisi ini pankreas memproduksi insulin dalam jumlah cukup tapi tubuh tidak meresponnya dengan baik. Akibatnya, glukosa tetap saja menumpuk di dalam darah dan urine. Kondisi ini disebut DM tipe II, Biasanya meyerang orang-orang setengah baya atau tua, dimana gaya hidupnya kurang gerak dan banyak makan makanan tinggi kalori serta lemak tapi kurang serat.
Menjaga pankreas
Agar pankreas tetap berfungsi dengan baik, tentu saja faktor-faktor yang bisa mengganggu atau merusak pankreas harus dicegah. Atau bila sudah masuk dalam tubuh harus dibuang(diobati). Bila ada batu di empedu, maka batu empedunya harus diambil, bila lemak darahnya banyak harus diturunkan, bila ada gangguan kelenjar anak gondok harus diatasi, serta bila ada infeksi segera diobati.
Bila penyebabnya obat-obatan seperti golongan thiazide (yang dipakai untuk pengobatan darah tinggi), kortikosteroid, sulfasalazine, maka obat-obat jenis ini perlu disingkirkan agar tidak berulang menimbulkan kekambuhan. Kebiasaan minum alkohol pun perlu dihentikan.
Untuk mencegah agar pankreas tidak rusak, maka perlu menjalani pola hidup sehat, mengontrol kadar lemak dalam darah, menjaga makanan dari bahan makanan tambahan berbahaya dan makanan yang tidak sehat, serta hati-hati dalam meminum obat.. Bekam secara rutin di titik Ginjal atau Tri Energizer sangat bermanfaat. Bisa juga memakai titik general Kahil.

Sumber:Tabloid Bekam

Marah Bikin Jantung Sengsara

Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa yang mampu menahan marahnya padahal dia mampu menyalurkannya, maka Allah menyeru pada hari kiamat dari atas khalayak makhluk sampai disuruh memilih bidadari mana yang mereka mau. (HR. Imam Ahmad)
Ternyata marah menyimpan bahaya luar biasa bagi pelakunya, dan diantara organ yang paling peka terhadap reaksi marah ini adalah jantung, disamping pelakunya akan kehilangan kendali dan hilang akal. Untuk itu larangan Rasulullah SAW : Laa Taghdhab, Laa Taghdhab, Laa Taghdhab…(jangan marah, jangan marah, jangan marah…) merupakan peringatan penting, bahwa marah hanya bikin jantung sengsara dan pelakunya menderita jasmani dan rohani.
Dari Abu Hurairah Radliyallahu anhu, bahwa seseorang berkata kepada Nabi Shalallahu alaihi wasallam : “Berwasiatlah kepadaku. Beliau bersabda : “Jangan menjadi seorang pemarah.” Kemudian diulang-ulang beberapa kali. Dan beliau bersabda : “Janganlah menjadi orang pemarah”. (HR. Bukhari)
Al Imam Ibnu Rajab rahimahullah menerangkan makna hadits mengandung dua kemungkinan:
Pertama: Hadits ini mengandung perintah melakukan sebab-sebab yang menjadikan akhlak yang mulia seperti bersikap lembut, pemalu, tidak suka mengganggu, pemaaf, tidak mudah marah.Kedua: Hadits ini mengandung larangan melakukan hal-hal yang menyebabkan kemarahan, mengandung perintah agar sekuat tenaga menahan marah ketika timbul/berhadapan dengan penyebabnya sehingga dengan demikian dia akan terhindar dari efek negatif sifat pemarah.Sehingga Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam mangajarkan cara-cara menghilangkan kemarahan dan cara menghindari efek negatifnya
Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda: ““Sesungguhnya marah itu dari syaithan dan syaithan itu dicipta dari api, dan api itu diredam dengan air maka apabila diantara kalian marah berwudlulah. (HR. Ahmad)
Al Imam Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan ada 4 hal pemicu marah, barangsiapa yang mampu mengedalikannya maka Allah akan menjaga dari syetan dan diharamkan dari neraka : yaitu seseorang mampu menguasai nafsunya ketika berkeinginan, cemas, syahwat dan marah. Empat hal ini yaitu keinginan, cemas, syahwat dan marah merupakan pemicu seluruh kejelekan dan kejahatan bagi orang yang tidak mampu mengendalikan nafsunya.
Berdasarkan penyelidikan ilmiah mengenai pengaruh fisiologis akibat marah, yaitu adanya berbagai perubahan dalam seluruh anggota tubuh. Seluruh jalan fungsi tubuh yang alamiah berubah pada waktu marah. Hormon adrenalin dan hormon-hormon lainnya menyalakan bahan bakar pada saat marah muncul. Marah akan “mempercepat” kematian. Amarah yang terjadi pada seseorang akan memengaruhi atas kualitas kesehatannya. Menurut para ahli kesehatan, amarah dapat menyebabkan kematian secara mendadak.
Dalam buku “Sehat Berpahala” karya Dr.Egha Zainur menyatakan, membiasakan dengan sifat marah berarti bersiap dengan tingginya kolesterol dan tekanan darah dalam jangka waktu lama. Resiko stroke dan gangguan jantung mengancam akibat peningkatan tekanan darah yang otomatis terjadi pada orang yang marah. Para peneliti mempercayai bahwa pelepasan hormon stress, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung..
Marah juga dapat membinasakan hati dan merupakan salah satu penyakit hati yang kalau dibiarkan akan dapat merusak diri secara keseluruhan. Imam Ja’far Ash-Shadiq as berkata,”Amarah membinasakan hati dan kebijaksanaan, barangsiapa yang tidak dapat menguasainya, maka ia tidak akan dapat mengendalikan pikirannya.”
Untuk itu Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda : “Orang kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan nafsu amarahnya.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain, disebutkan hadits dari Ibnu Masud Radliyallahu anhu Rasulullah bersabda : “Siapa yang dikatakan paling kuat diantara kalian ? Sahabat menjawab : yaitu diantara kami yang paling kuat gulatnya. Beliau bersabda : Bukan begitu, tetapi dia adalah yang paling kuat mengendalikan nafsunya ketika marah. (HR. Muslim)
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam juga bersabda : ”Tidaklah seorang hamba menahan kemarahan karena Allah Subhanahu wa Taala kecuali Allah Subhanahu wa Taala akan memenuhi baginya keamanan dan keimanan. (HR. Abu Dawud). Untuk itu Rasulullah memberikan panduan guna mengendalikan amarah:
1. Membaca taawudz ketika marah.
Al Imam Bukhari dan Al Imam Muslim rahimakumullah meriwayatkan hadits dari Sulaiman bin Surod Radliyallahu anhu: Ada dua orang saling mencela di sisi Nabi Shalallahu alaihi wasallam dan kami sedang duduk di samping Nabi Shalallahu alaihi wasallam . Salah satu dari keduanya mencela lawannya dengan penuh kemarahan sampai memerah wajahnya. Maka Nabi Shalallahu alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya aku akan ajarkan suatu kalimat yang kalau diucapkan akan hilang apa yang ada padanya. Yaitu sekiranya dia mengucapkan :Audzubillahi minasy Syaithani rrajiim. Maka mereka berkata kepada yang marah tadi : Tidakkah kalian dengar apa yang disabdakan nabi? Dia menjawab : Aku ini bukan orang gila”.
2. Dengan duduk
Apabila dengan taawudz kemarahan belum hilang maka disyariatkan dengan duduk, tidak boleh berdiri. Al Imam Ahmad dan Abu Dawud rahimahullah meriwayatkan hadits dari Abu Dzar Radliyallahu anhu bahwa Nabi Shalallahu alaihi wasallam bersabda : “Apabila salah seorang diantara kalian marah dalam keadaan berdiri duduklah, jika belum hilang maka berbaringlah.”
Hal ini karena marah dalam berdiri lebih besar kemungkinannya melakukan kejelekan dan kerusakan daripada dalam keadaan duduk. Sedangkan berbaring lebih jauh lagi dari duduk dan berdiri.
3. Tidak bicara
Diam tidak berbicara ketika marah merupakan obat yang mujarab untuk menghilangkan kemarahan, karena banyak berbicara dalam keadaan marah tidak bisa terkontrol sehingga terjatuh pada pembicaraan yang tercela dan membahayakan dirinya dan orang lain. “Apabila diantara kalian marah maka diamlah. Beliau ucapkan tiga kali. (HR. Ahmad)
4. Berwudlu
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya marah itu dari syaithan dan syaithan itu dicipta dari api, dan api itu diredam dengan air maka apabila diantara kalian marah berwudlulah.(HR. Ahmad)
Meski demikian tidak semua kemarahan itu tercela, ada yang terpuji, bahkan sampai pada tingkatan harus marah yaitu ketika kita melihat agama Allah direndahkan dan dihinakan. Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam tidak pernah marah jika celaan hanya tertuju pada pribadinya dan beliau sangat marah ketika melihat atau mendengar sesuatu yang dibenci Allah maka beliau tidak diam, beliau marah dan berbicara.
Ketika Nabi Shalallahu alaihi wasallam melihat kelambu rumah Aisyah ada gambar makhluk hidupnya (yaitu gambar kuda bersayap) maka merah wajah Beliau dan bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling keras siksaannya pada hari kiamat adalah orang membuat gambar seperti gambar ini. (HR. Bukhari Muslim)
Nabi Shalallahu alaihi wasallam juga marah terhadap seorang sahabat yang menjadi imam shalat dan terlalu panjang bacaannya dan beliau memerintahkan untuk meringankannya. Tetapi Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam tidak pernah marah karena pribadinya.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, Anas radhiyallahu anhu selama 10 tahun membantu rumah tangga Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam tidak pernah mendapati ucapan “ah” sekalipun dari Rasulullah. Bahklan beliau tidak pernah berkomentar terhadap apa yang dikerjakan Anas : “Mengapa kamu berbuat ini?. Dan terhadap apa yang tidak dikerjakan Anas: “Tidakkah kamu berbuat begini”?
Begitulah keadaan beliau senantiasa berada diatas kebenaran baik ketika marah maupun ketika dalam keadaan ridha/tidak marah. Dan demikianlah semestinya setiap kita selalu diatas kebenaran ketika ridha dan ketika marah. Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda : “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu berbicara yang benar ketika marah dan ridha. (Hadits shahih riwayat Nasai). (DI NUQIL OLEH TABLOID BEKAM EDISI8 JANTUNG/berbagai sumber) IRFAN