Merujuk pada firman Allah di atas, menjadi kewajiban bagi setiap ibu untuk menyusui buah hatinya. WHO dan Depkes RI menyatakan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dan dilanjutkan hingga dua tahun adalah upaya memberikan jaminan kesehatan anak.
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional pada 2007-2008 mengungkapkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia nol hingga enam bulan di Indonesia menunjukkan penurunan dari 62,2 persen pada 2007 menjadi 56,2 persen pada 2008. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai enam bulan turun dari 28,6 persen pada 2007 menjadi 24,3 persen pada 2008. Sementara jumlah bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7 persen pada 2002 menjadi 27,9 persen pada 2003.
Menurut Sensus Dasar Kesehatan Indonesia, pemberian susu eksklusif terus menurun. Sedangkan pemberian susu botol meningkat. Dari data tersebut di atas, kita mendapatkan gambaran bahwa bayi di Indonesia hanya mendapatkan ASI eksklusif selama 2-3 bulan kehidupannya dan selanjutnya adalah pemberian susu formula. Rendahnya pemberian ASI di negeri ini, diakibatkan minimnya informasi yang dimiliki oleh setiap orang tua, baik informasi mengenai proses menyusui yang selalu dikaitkan dengan mitos/budaya dan juga minimnya informasi akan bahaya susu formula yang telah dibuktikan secara ilmiah.
Baik tenaga kesehatan maupun masyarakat luas masih banyak yang berpikir bahwa susu formula memiliki kualitas gizi yang sama baiknya atau bahkan lebih baik dari ASI.
Sehingga sering kita dengar, sebagian masyarakat mengatakan dengan bangga bahwa buah hatinya minum susu dengan merk “A” dimana semakin mahal harga sebuah produk susu formula maka semakin “keren” lah derajat orangtua di mata masyarakat.
Sungguh memprihatinkan bahwa masyarakat luas telah tertipu oleh indahnya sebuah iklan di media elektronik atau peran tenaga kesehatan yang merangkap sebagai tenaga pemasaran dari sebuah produk susu formula. Salah satu kegagalan pemberian ASI di negeri ini adalah disebabkan strategi pemasaran susu formula yang berhasil me”yakin”kan masyarakat bahwa produk mereka sama baiknya bahkan lebih baik dari ASI.
Faktanya ternyata susu formula memiliki resiko tinggi terhadap masa depan kesehatan anak manusia. Bukan sekedar resiko jangka pendek dan menengah, namun yang perlu diperhatikan adalah resiko jangka panjang dari penggunaan susu formula.
Di bawah ini adalah uraian kerugian penggunaan susu formula baik terhadap bayi dan juga kepada ibu:
- Meningkatkan Resiko Asthma
- Meningkatkan Resiko Alergi
- Menghambat Perkembangan Kognitif
- Meningkatkan Resiko Infeksi Saluran Pernafasan Akut
- Meningkatkan Resiko Oklusi Pada Gigi Anak
- Meningkatkan Resiko Infeksi dari Susu Formula yang Terkontaminasi
- Meningkatkan Resiko Kurang Gizi
- Meningkatkan Resiko Kanker Pada Anak-Anak
- Meningkatkan Resiko Penyakit Kronis
- Meningkatkan Resiko Diabetes
- Meningkatkan Resiko Penyakit Kardiovaskuler (Jantung)
- Meningkatkan Resiko Obesitas
- Meningkatkan Resiko Infeksi Saluran Pencernaan
- Meningkatkan Resiko Kematian Pada Bayi dan Anak-Anak
- Meningkatkan Resiko Infeksi Telinga dan Otitis Media
- Meningkatkan Resiko Terkena Efek Samping dari Kontaminasi Lingkungan
- Meningkatkan Gangguan Kesehatan Jiwa
Melihat
hasil-hasil penelitian ini, tentunya lebih menguatkan apa maksud dari
perintah penyusuan dari Allah Subhana Wa Ta’ala. Bahwa ASI adalah
satu-satunya makanan yang dibutuhkan oleh setiap anak manusia yang lahir
ke muka bumi. Tidaklah mungkin setiap anak manusia menjadi manusia yang
berjiwa muthmainah, jika tiada disusui ibunya.
Oleh: dr. Henny H. Zainal, CHt (Penyuluh Laktasi)
Disarikan dari Tabloid Bekam Edisi 11/2 (Cara Mudah Stop Diare)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar